Adalah seorang ibu dengan dua orang putra-putri yg
subhanAlloh...semangatnya ndak kalah dengan yg muda2. Dengan tekad yang kuat,
beliau jauh2 dari 'negeri sego Boran' tholabul 'ilmi ke 'negeri suro wa boyo'.
Berikut buah tangan beliau...
Yang pada ikut AFLAT..beliau adalah salah satu peserta yang mengaku belum tahu sama sekali tentang B.Arab...So..she sits in the first row
-------------------------------------------------------------
Ini adalah mutiara yang saya temukan saat mengikuti Training AFLAT di Asrama Haji Surabaya awal Maret 2010.
CREEK !!!. SUARA GEMBOK TERBUKA
Saya memang teledor, sering taruh barang-barang penting sembarangan. Seperti saat ini, saya bingung mencari kunci laci kasir padahal di depan saya, seorang pembeli menunggu uang kembalian dari pembelanjaannya di toko saya. Hehehe . . .
Nah, ada satu kisah fiksi berikut ini :
Suatu kali Fulan kehilangan kunci rumahnya. Saat itu malam hari. Dia mondar mandir di bawah tiang lampu jalan di depan rumahnya.Bingung jadinya. Padahal malam sudah larut dan mulai gerimis pula.Waduh susahnya . . .
Lalu pengalaman saya dan kisah si Fulan apa hubungannya ???.Lho belum ngeeeh juga ???.
KUNCI, kecil tapi sangat penting keberadaannya. Pasangan kunci jauh lebih besar dari kunci itu sendiri. Dan apa yang dituju melalui kunci itu jauh lebih besar lagi dari pasangan kunci. Yaitu pintu.
Gembok butuh kunci untuk membukanya, jika pintunya pakai gembok. Gembok dibuka, pintu baru bisa dibuka. Terus baru bisa masuk ke dalam ruangan, kamar dan rumah lebih seringnya.
Seperti orang Muslim sekarang ini, begitulah kondisi orang yang punya kamar, yang kamarnya terkunci, jadi tidak bisa masuk. Tidak bisa memanfaatkan apa yang ada di kamarnya sendiri. Padahal isinya, kalau digunakan bisa membuat dia nyaman dan sejahtera.
Kaum Muslim punya kamar yang isinya tidak ada bandingannya. Malahan punya dua, tidak hanya satu.
Yakni Al Qur’an dan Sunnah. Tetapi . . . berapa banyak kaum muslim yang bisa memasuki kamar ini ?. Jaman sekarang hanya sedikit sekali, meskipun sedang mulai bangkit. Nah kunci untuk membuka kedua kamar yang isinya harta, gadget canggih yang tidak pernah ketinggalan jaman tersebut adalah BAHASA ARAB. Bahasa Al Qur’an.
Sedikit flash back.
Jaman dulu Kekek Nenek kita jago membaca kitab arab gundul, karena apa ?. Karena kedekatan dan kuatnya mereka memegang teguh agamanya, Islam, merupakan faktor yang tidak bisa dipisahkan.
Dapat kita lihat faktanya : bagi orang yang pernah dan tahu bagaimana bahasa sebagian besar masyarakat Sumatera, akan merasakan kedekatannya dengan Bahasa Al Qur’an. Bukan hanya pada saat-saat tertentu saja digunakan, tapi dalam keseharian.Mereka yang akrab dengan bahasa tingkat tinggi, lekat dengan kesehariannya, mendapatkan efek yang sangat positifdan signifikan dari perkembangan bahasanya sendiri. Dimana bahasa Al Qur,an telah mendarah daging , dan diturun temurunkan ke anak cucu. Dan saat ini kita masih menjumpai banyak orang tua yang tidak bisa membaca huruf latin, tapi bisa dengan lancar membaca kitab arab gundul.
Bandingkan dengan jaman sekarang. Hehehe . . .180 derajat bedanya.
Membiasakan berkomunikasi dalam Bahasa Arab serta menulis dalam Huruf Arab adalah salah satu cara untuk mengakrabkan diri dengan bahasa pegangan utama kita.
Sebuah cara untuk mengikat kunci agar tidak mudah hilang. Jikapun kunci itu belum terbentuk sempurna, paling tidak, ada upaya untuk terus mengasah dan membentuknya.
Sudah nggeeh apa yang saya maksudkan ??.
Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mencari kunci kita yang telah hilang. Membuatnya kembali, sehingga harta kita yang telah diwariskan oleh manusia yang paling mulia, yang pernah hidup di dunia ini, dapat kita gunakan lagi.
Amin.
Yang pada ikut AFLAT..beliau adalah salah satu peserta yang mengaku belum tahu sama sekali tentang B.Arab...So..she sits in the first row
-------------------------------------------------------------
Ini adalah mutiara yang saya temukan saat mengikuti Training AFLAT di Asrama Haji Surabaya awal Maret 2010.
CREEK !!!. SUARA GEMBOK TERBUKA
Saya memang teledor, sering taruh barang-barang penting sembarangan. Seperti saat ini, saya bingung mencari kunci laci kasir padahal di depan saya, seorang pembeli menunggu uang kembalian dari pembelanjaannya di toko saya. Hehehe . . .
Nah, ada satu kisah fiksi berikut ini :
Suatu kali Fulan kehilangan kunci rumahnya. Saat itu malam hari. Dia mondar mandir di bawah tiang lampu jalan di depan rumahnya.Bingung jadinya. Padahal malam sudah larut dan mulai gerimis pula.Waduh susahnya . . .
Lalu pengalaman saya dan kisah si Fulan apa hubungannya ???.Lho belum ngeeeh juga ???.
KUNCI, kecil tapi sangat penting keberadaannya. Pasangan kunci jauh lebih besar dari kunci itu sendiri. Dan apa yang dituju melalui kunci itu jauh lebih besar lagi dari pasangan kunci. Yaitu pintu.
Gembok butuh kunci untuk membukanya, jika pintunya pakai gembok. Gembok dibuka, pintu baru bisa dibuka. Terus baru bisa masuk ke dalam ruangan, kamar dan rumah lebih seringnya.
Seperti orang Muslim sekarang ini, begitulah kondisi orang yang punya kamar, yang kamarnya terkunci, jadi tidak bisa masuk. Tidak bisa memanfaatkan apa yang ada di kamarnya sendiri. Padahal isinya, kalau digunakan bisa membuat dia nyaman dan sejahtera.
Kaum Muslim punya kamar yang isinya tidak ada bandingannya. Malahan punya dua, tidak hanya satu.
Yakni Al Qur’an dan Sunnah. Tetapi . . . berapa banyak kaum muslim yang bisa memasuki kamar ini ?. Jaman sekarang hanya sedikit sekali, meskipun sedang mulai bangkit. Nah kunci untuk membuka kedua kamar yang isinya harta, gadget canggih yang tidak pernah ketinggalan jaman tersebut adalah BAHASA ARAB. Bahasa Al Qur’an.
Sedikit flash back.
Jaman dulu Kekek Nenek kita jago membaca kitab arab gundul, karena apa ?. Karena kedekatan dan kuatnya mereka memegang teguh agamanya, Islam, merupakan faktor yang tidak bisa dipisahkan.
Dapat kita lihat faktanya : bagi orang yang pernah dan tahu bagaimana bahasa sebagian besar masyarakat Sumatera, akan merasakan kedekatannya dengan Bahasa Al Qur’an. Bukan hanya pada saat-saat tertentu saja digunakan, tapi dalam keseharian.Mereka yang akrab dengan bahasa tingkat tinggi, lekat dengan kesehariannya, mendapatkan efek yang sangat positifdan signifikan dari perkembangan bahasanya sendiri. Dimana bahasa Al Qur,an telah mendarah daging , dan diturun temurunkan ke anak cucu. Dan saat ini kita masih menjumpai banyak orang tua yang tidak bisa membaca huruf latin, tapi bisa dengan lancar membaca kitab arab gundul.
Bandingkan dengan jaman sekarang. Hehehe . . .180 derajat bedanya.
Membiasakan berkomunikasi dalam Bahasa Arab serta menulis dalam Huruf Arab adalah salah satu cara untuk mengakrabkan diri dengan bahasa pegangan utama kita.
Sebuah cara untuk mengikat kunci agar tidak mudah hilang. Jikapun kunci itu belum terbentuk sempurna, paling tidak, ada upaya untuk terus mengasah dan membentuknya.
Sudah nggeeh apa yang saya maksudkan ??.
Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mencari kunci kita yang telah hilang. Membuatnya kembali, sehingga harta kita yang telah diwariskan oleh manusia yang paling mulia, yang pernah hidup di dunia ini, dapat kita gunakan lagi.
Amin.
by: Ummu Luqman


menurut saya perlu dibuatkan buku saku percakapan bahasa arab.
ReplyDelete